12 Salah Kaprah Pemakaian Photoshop

Friday, March 27, 2009
Photoshop Mistakes

Brian Hoff dalam blognya, The Design Cubicle, mengemukakan 12 kesalahan yang umum dilakukan oleh para pengguna-pemula Adobe Photoshop. Bahkan bukan tidak mungkin sebagian di antaranya masih dilakukan oleh mereka yang telah lama bergelut dengan peranti lunak grafis yang satu ini.

Menurut penulisnya, artikel tersebut dimaksudkan untuk “meningkatkan kesadaran dan mendidik para pengguna-pemula Photoshop dan para desainer, bukan untuk menertawai atau mengejek orang yang masih menerapkan teknik-teknik berikut.” Jadi, apa saja ke-12 salah kaprah itu? Inilah dia....

1. Metode ekstraksi yang tidak tepat

Extraction

Banyak di antara mereka yang masih baru dan belum berpengalaman menggunakan Photoshop bergantung pada tool-tool seleksi Magic Wand, Quick Select, atau Lasso Tool untuk mengekstrak background atau objek-objek dalam suatu citra (image). Metode seleksi dan ekstraksi “mudah” yang ada di Photoshop memang instan, tapi tetap tidak bisa dibandingkan dengan Pen Tool dalam hal presisi yang diperoleh.

Pen Tool bisa jadi cukup rumit bagi pemula, tetapi sekali dikuasai, kita akan merasa heran sendiri mengapa dulu menggunakan metode lain. Metode masking dan ekstraksi lain yang bagus juga bisa dimanfaatkan, kecuali Eraser Tool!

Penambahan sedikit feather pada ekstraksi bisa memperbaik tampilan citra.

2. Menyeting teks

Body copy

Photoshop dapat digunakan untuk mencipta efek-efek teks yang fantastik, tapi bukan berarti ia boleh dipakai untuk teks yang banyak semisal halaman buku atau majalah. Gunakanlah InDesign, Quark, atau Illustrator untuk menyeting body copy.

Teks tidak akan tercetak dengan jelas dan tajam pada program-program berbasis raster seperti Photoshop. Untuk menyeting teks dalam jumlah besar, pakailah program-program berbasis vektor.

3. Memakai gradien pelangi

Rainbow gradient

Katakan tidak pada gradien pelangi! Meski demikian, bukan berarti harus anti gradien. Banyak desain dan situs web yang menerapkan gradien dengan cantik. Cobalah untuk memadukan gradien dari shade cerah ke yang lebih gelap dalam satu warna yang sama, alih-alih memakai dua atau lebih warna yang “nggak nyambung.”

4. Menganggap K=100 adalah hitam

Rich black

Banyak desainer pemula yang mengira bahwa dalam mode warna CMYK, hitam didapat dengan mengeset K=100. Nyatanya tidak demikian. Alih-alih hitam, yang dihasilkan adalah abu-abu tua.

Kita bisa saja mengeset K=100 untuk teks hitam, namun hitam dengan area luas sebaiknya diset ke ‘hitam kaya’ (rich black). Mengeset C=90 M=60 Y=30 K=100 akan menghasilkan hitam yang lebih kaya dan nyata.

5. Pemakaian-berlebihan dan penyalahgunaan filter

Filter

Barangkali banyak di antara kita yang pernah terobsesi dengan filter-filter. Pemakaiannya yang “mudah dan menyenangkan” tidak serta merta membuat kita tampak profesional dan berpengalaman. Penggunaan filter yang berlebihan dan pemakaian filter yang tidak tepat justru akan menjadikan kita tampak amatiran.

6. Merancang logo di Photoshop

Logo in Photoshop

Meski yang satu ini masih bisa diperdebatkan, sebisa mungkin buatlah logo dengan program-program berbasis vektor, semisal Illustrator. Vektor bisa dengan mudah diubah-ubah ukurannya dan kejelasannya tetap konsisten tak peduli seberapa pun ia dibesarkan atau dikecilkan.

7. Resolusi di bawah 300 dpi untuk desain cetak

300 dpi

Banyak pemula yang jatuh ke dalam jebakan bekerja di resolusi 72 dpi (dot per inch). Itu benar dalam desain untuk web, tapi seharusnya tidak diterapkan dalam desain untuk cetak. Tipikalnya 300 dpi adalah yang terbaik untuk pencetakan, tapi ingatlah selalu untuk menyesuaikannya dengan kemampuan printer.

Dan, ketika bekerja dengan citra 72 dpi untuk cetak, jangan kira dengan cuma menaikkan resolusi atau ukuran citra bisa menyelesaikan masalah. Ketika dicetak, citra akan tampak terpikselasi (kotak-kotak piksel tampak jelas) akibat resolusi yang rendah.

8. Tidak mempelajari shortcut

Shortcut

Tak peduli program apa pun yang kita pakai, mempelajari shortcut adalah wajib. Bukan hanya karena bisa menghemat waktu kerja, tapi juga karena banyak tool yang memerlukan tombol/kunci penyerta untuk fungsi-fungsi tambahannya.

Dalam Photoshop, kita bahkan bisa membuat shortcut kita sendiri melalui menu Edit > Keyboard Shortcuts....

9. Tidak mendayagunakan layer and folder

Layer & folder

Segala hal di Photoshop berkisar seputar layer. Banyak pengguna pemula Photoshop yang mengabaikan pendayagunaan layer. Mereka menerapkan hanya sedikit layer, atau bahkan hanya satu layer. Bekerja dengan asas berlayer-layer akan memudahkan kita untuk mengedit, memindahkan, menggandakan, menghapus, dan seterusnya.

Selain itu, menamai layer-layer dan menatanya ke dalam folder-folder adalah penting, terutama ketika berurusan dengan PSD berukuran besar atau bagi desainer web. Hal ini bisa membantu kita ‘menjelajahi’ proyek kita, menghemat waktu, dan mengurangi sakit kepala (karena bekerja dengan banyak layer yang tidak dinamai dengan baik dan tidak terstruktur dengan rapi).

10. Desaturate untuk mengubah citra ke mode hitam-putih

Black & white

Yang satu ini sering terluput dari perhatian, bahkan oleh desainer-desainer berpengalaman. Mengonversi citra ke mode hitam-putih melalui Image > Adjustments > Desaturate kerap menghasilkan foto atau citra “tak berjiwa.”

Cobalah untuk mengonversi melalui Image > Adjustments > Channel Mixer... dengan mencentang pilihan Monochrome, lalu mengatur slider kanal merah, hijau, dan biru. Metode ini menghasilkan citra yang jauh lebih kaya.

11. Bevel, Emboss dan Drop Shadow

Bevel, emboss, drop shadow

Mirip dengan penerapan gradien pelangi dan penyalahgunaan filter, teks yang diberi efek Bevel dan/atau Emboss bisa dicap sebagai tidak berpengalaman. Kecuali punya alasan yang valid, tetaplah bijak dalam menerapkan kedua efek tersebut.

Efek Drop Shadow juga mesti ditangani secara tepat dan hati-hati. Ketika menerapkan efek ini, pastikan untuk memerhatikan pencahayaan lain dalam citra. Tentunya kita tidak ingin bayangan yang jatuh dari berbagai arah membuat citra menjadi tampak “tak masuk akal” atau “palsu.”

Mengatur dan “memperlemah” Drop Shadow juga sama pentingnya, sehingga akan terlihat alami dan halus, tidak dramatik dan kasar.

12. Menampik manfaat guide dan grid

Guide & Grid

Entah berapa banyak desainer yang lebih mengandalkan “mata” mereka alih-alih menarik garis pandu (guide) atau memakai grid di Photoshop. Keduanya disediakan karena suatu alasan, jadi manfaatkanlah.

Catatan: Ketikan ini adalah terjemahan sesuai pemahaman pengetik dari artikel asalnya. Untuk lebih jelasnya, silakan merujuk ke artikel asal pada link sumber di bawah.

0 comments  on "12 Salah Kaprah Pemakaian Photoshop"

Post a Comment